Selasa, 28 Agustus 2012

Perjuangan kuliah di Kedokteran (Pengalaman Hidup)

        cerita yang saya posting ini, memang ada kemiripan dengan perjuangan saya lakukan untuk bisa kuliah di kedokteran, banyak anggapan bahwa hanya orang kaya, memiliki banyak uang yang bisa mengenyam di prodi yang bergengsi ini, tapi anggapan itu saya patahkan dengan ketidak putus asaan dengan berbagai perjuangan untuk meraih gelar MAHASISWA KEDOKTERAN. ayoo temanteman baca dengan baik.. :)
Salam Perjuangan rekan-rekan mahasiswa kedokteran se-Indonesia
Mohon Perhatiannya.

Di bawah ini sebuah kisah dari rekan kita di kedokteran Univ. Bengkulu, yang mana saudari bernama werma.


TERIMAKASIH YA ALLAH …
Lembaran putih baru terbuka. Lantunan iqamah telah didengarkan di telingaku, oleh bapakku ‘Yasni’ pada tanggal 8 februari 1993. Dilahirkan dari rahim seorang ibu yang begitu mulia, tulus, dan yang paling aku syukuri adalah dari rahim seorang muslimah yang bernama Werma. Kami 6 bersauadara aku yang kelima.
Rantai kehidupanku telah bergerak, tapi… ku heran, mengapa rantai itu begitu cepat berganti. Siraman air hujan telah begitu lekat ditubuhku, siraman cobaan telah begitu banyak menghampiriku, namun siraman ilmu itu masih belum cukup untukku.
Aku jalani hari - hari seperti yang lain, bermain, bercanda ria, dan belajar. Aku syukuri semua itu sebagai anugrah dari Yang Kuasa. Masa kecilku mungkin tak jauh berbeda, namun juga tak sama dengan yang lain. Berbagai pekerjaan telah diajarkan kepadaku, seperti: beternak ayam dan itik, berkebun, menanam padi, mencari keong di sawah, dan masih banyak hal yang di ajarkan kepadaku. Namun, ku sangat berterimakasih kepada ibu dan bapak karena telah  mengajarkan banyak hal dalam hidupku yang tidak semua orang berkesempatan untuk mendapatkannya. Berbagai cobaan hidup telah kuarungi,aku akan tetap bertahan di tengah lautan ini, walau badai sekalipun.
Dimataku bapak dan ibu adalah sosok yang begitu hebat, ku tak peduli walau tidak bagi orang lain. Bapak pekerja keras, ibu yang tangguh dalam menbantu bapak mencari uang. Mereka rela walau harus pergi pagi dan pulang malam membanting tulang untuk anak - anaknya. Mungkin dulu ku tak pernah menyadari betapa letih dan tak berdayanya mereka, semua itu takkan pernah tergantikan oleh apapun jua di dunia ini.
Tahun demi tahun terus berganti, menguntai begitu banyak cerita yang kadang kala tidak kita sadari. Ku melangkah ke sekolah, melangkah untuk pertama kalinya untuk menuntut ilmu yang masih belum kumiliki. SDN 51 Kec.Guguak itulah tempat awalku mencari ilmu. Tanpa TK pun Alhamdulillah  aku bisa menjadi sang juara disana. Kondisi ekonomi selalu menjadi kendala, hingga mengharuskanku pindah ke SDN 59 Kec. Guguak. Tapi bukan masalah besar bagiku justru disana Allah menyediakan tempat yang jauh lebih baik bagiku. Disana aku lalui hidup bersama keluarga tercinta, bapak, ibu, adik, dan kakak. Walau batu – batu kerikil itu menghalang, tatkala duri itu menusuk jemariku, tapi Allah selalu bersamaku, memberiku hadiah yang tak mungkin diberikan-Nya kepada semua orang. Alhmdulillah aku meraih NEM tertinggi sekecamatan sewaktu ujian nasional.
Kunaiki jenjang berikutnya, jenjang yang lebih tinggi dengan modal ijazah yang ku peroleh. Kamipun kembali ke tanah tempat aku dilahirkan, kami mulai hidup kembali di rumah yang telah lima tahun kami tinggalkan. Kini aku telah SMP, tepatnya di SMPN 1 Kec.Mungka. Saat pendaftaran siswa baru, ternyataku terletak paling atas, aku tak menyangka ternyata nilaiku terbaik diantara yang lain. Tak hentinya nikmat Allah bersamaku, terima kasih ya Allah.
Hari hariku terus berganti warna , disaat penerimaan rapor pertamaku, aku dipanggil tiga kali ke depan, sebagai juara 1 di kelas, sebagai pemenang lomba matematika tingkat kelas, dan sebagai juara umum.
Terimakasih ya allah…
Cara belajarku tak jauh beda dengan yang lain, mungkin malah lebih rajin teman teman yang lain, ku tak pernah ikut bimbel, ataupun kursus. Tapi satu hal yang selalu ku pertahan kan, yaitu sholat dan berdoa kepada allah. Ku pernah mengikuti lomba olimpiade biologi se sumbar di padang, namun belum berhasil, tapi tak apa, aku telah peroleh pengalaman yang tak semua orang memiliknya. Aku pernah ikut PKS juga. Pada akhirnya saat ujian nasional, Alhamdulillah aku dapat NEM tertinggi lagi di SMP ku.
Terimakasih ya Allah…
Aku lanjutkan pencarian ilmuku  di SMAN 1 Kec. Guguak. Ketika  temanku sibuk mendaftar ke semua SMA atau SMK, aku putuskan hanya mendaftar disana. “Kampus prestasi” itulah nama lain dari SMA ku. Lingkungan yang masih jauh dari keramaian kota, di alam hijau yang dikelilingi perbukitan kukir mimpi-mimpi dengan harapan suatu saat Allah akan menentukan mana yang terbaik untukku. Seperti siswa lain, ku jalani hari-hariku.
Saat di SMA inilah aku mulai belajar berbicara di depan umum, banyak hal membuatku berani untuk aktif dikegiatan persekolahan, salah satunya adalah temanku nia, dialah yang membuatku sadar betapa pentingnya keterampilan berbicara. Banyak orang pintar, tapi tidak pandai bicara di depan umum. Di SMA aku mulai menemukan arah hidupku, ku harus putuskan apa tujuan hidupku. Berbagai pilihan sering kali dihadapkan, namun entah mengapa dalam hati ku yakin, ku ingin jadi seorang dokter. Mungkin sangat tidak mungkin rasanya anak seorang petani, yang penghasilannya rata rata hanya sekitar Rp 50.000/ hari. Aku tetap kukuh dengan kata hatiku, saat mengisi formulir pendaftaran SNMPTN Undangan aku memilih kedokteran di Unand dan UGM.
Setelah menempuh ujian nasional aku pergi ke Duri untuk membantu kakakku disana berjualan. Waktu terus berganti, hasil dari SNMPTN Undangan pun keluar, ku sangat berharap keberuntungan itu berada dipihakku, namun tidak… Ku gagal,  awalnya ku sangat sedih karena teman akrabku lulus disana, tapi aku tetap yakin Allah ada rencana lain untukku.
        Aku putuskan untuk pulang, ku ingin mengurus masalah kuliahku, kuharus cari jalan lain untuk menggapai mimpiku. Di sekolahku ternyata tak ada lagi PMDK yang bisa ku isi untuk mendaftar kuliah, ada satu tapi itupun jurusan MIPA di UNIB. Kalau untuk disini, aku sudah pasti diterima karena syaratnya peringkat lima terbaik kelas dari kelas satu sampai kelas tiga, namun aku ragu dengan prospek kerjanya nanti. Aku sangat khawatir.
        Hari itu adalah tanggal 24 Juni, hari terakhir untuk mendaftar SNMPTN Tulis. Ini adalah satu - satunya jalan yang paling besar peluangnya bagi semua siswa. Tapi, tidak bagiku. Ibu dan kakak –kakakku tidak mendukung untuk ikut tes itu, karena jika aku ikut itu hanya membuang uang saja dan hasilnyapun belum jelas. Ku terus berfikir pada hari itu, apa yang harus kuperbuat. Pada akhirnya jam dua siang, kuputuskan untuk ikut SNMPTN tulis. Aku yakinkan ibu, dan kami pun berangkat ke pusat kota untuk membeli kode pin di Bank Mandiri. sampai disana ku masuk dan tak lama setelah itu bank itu tutup. Jika ku terlambat sedikit, pasti tak bisa lagi.
Terima kasih ya allah…
        Keesokan harinya, aku mendaftar secara online di internet. Ku putuskan pilihan pada Pend.Dokter Unib, Pend. Matematika dan Pend. Bahasa Indonesia di UNP. Sebenarnya aku tak begitu yakin untuk mengambil jurusan Pend.Dokter, tapi ku teringat harapan bapak yang sudah tidak bersamaku lagi. Sejak ku kelas dua SMA bapak sudah di panggil Allah karena bapak menderiat penyakit paru-paru stadium empat. Semenjak bapak meninggal adikku tinggal bersama orang lain. Aku berharap semoga suatu saat nanti aku bisa jadi dokter spesialis penyakit dalam dan ini adalah jalan terakhir bagiku untuk mewujudkannya. Jika nanti aku tak lulus, berarti bukan itu jalan hidupku.
        Mimpiku telah kutorehkan, sekarang biarlah Allah yang menentukan apa yang terbaik untuku. Berbagai ujian Allah hadapkan terutama saat pergi tes ke Padang. Namun dibalik itu semua Allah juga banyak sekali memberiku kemudahan.  Dengan modal apa yang ada di kepalaku, aku ikuti tes itu. Tanpa ikut bimbel atau kursus seperti yang di lakukan oleh temanku yang lain.
        Harapan demi harapan terus kutunggu untuk segera berubah menjadi kenyataan. Usaha telah aku lakukan, hanya doa yang kini bisa ku lantun disetiap keheningan malam. Perasaan takut dan cemas slalu menemani hari–hariku yang kelabu. Bayangan untuk kerja sambil kuliah di Batam membuat pikiranku semakin kacau.
        Ternyata Allah begitu sayang kepadaku, aku benar–benar tak menyangka, Allah memberiku kesempatan untuk mewujudkan impianku, dan impian Bapak, aku lulus di Pend.Dokter. Aku sampaikan kabar gembira ini kepada ibu dan seluruh anggota keluarga. Ku yakin mereka semua sangat senang, namun keadaan keuangan menjadi faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Hanya empat juta rupiah yang kami miliki saat itu, itupun dipinjam dari simpan pinjam kelompok PNPM Mandiri. Itu sengaja ditabung ibu untuk persiapan aku kuliah. Keesokan harinya ibu menyuruhku untuk mencari informasi mengenai biaya registrasi. Ternyata aku butuh uang 34 juta. Aku tak tau apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu minggu. Semua keuargaku sangat khawatir. Ibuku telah menemui banyak orang yang terbilang kaya di kampungku tapi hasilnya tak ada, malahan banyak diantara mereka yang seakan-akan mengisyaratkan itu mustahil bagi kami.
        Tak ada jalan keluar juga yang kami temui, keluargaku sepakat untuk menjual ladang gambir yang kami miliki. Namun, Allah masih ingin kami berlama- lama dengan-Nya. Tak seorang pun  tertarik membeli ladang itu. kami tak tau apa lagi yang harus kami lakukan. Semua pejabat daerah telah aku temui bersama ibu, dengan harapan ada titik terang yang bisa mereka tunjukkan pada kami. Dari pagi hingga malam kami terus berusaha untuk menemui seseorang yang rasanya bisa menberi jalan keluar terhadap masalahku.
        Waktu semakin dekat, tapi mengapa Allah belum jua menunjukkan jalan bagi kami. Kadang kala aku berkata dalam hati, “ mengapa Allah menmberikanku biaya kuliah yang paling mahal, diantara tiga orang temanku yang juga lulus di kedokteran, namun mereka hanya membayar sekitar lima juta, sedang mereka jauh lebih mampu dari pada aku, mengapa ya Allah?? Itu tidak adil bagiku”. Seharusnya aku bersyukur dan bahagia karena Allah telah memberiku nikmat yang mungkin banyak diinginkan oleh temanku yang lain tapi Allah tidak memberinya kesempatan. “Kau harus bersyukur nisa!”
        Kakakku yang tinggal di Duri menyuruh ibu kesana, untuk mencoba meminjam uang dari seseorang yang sangat dermawan dan kaya disana, mudah-mudahan  bisa membantu. Alhamdulillah orang itu mau meminjamkan 10 juta karena dia telah mengenalku sewaktuku disana, tapi ku tak mengenalnya. Kemudian mertua kakakku yang disana mau juga meminjamkan uang yang rencananya mau dia jadikan untuk pergi Umrah. Setelah dikumpulkan dengan uang yang ditabung ibu, maka jumlahnya 19 juta.
Terimakasih ya Allah…
        Uang itulah yang aku bawa ke Bengkulu bersama ibu. Kami tak tau apakah bisa dibayar sebagian dulu atau tidak. Kami tak punya saudara satupun di Bengkulu, tapi berkat bantuan dari guruku di SMA, kami dijemput di terminal oleh kakaknya yang di Bengkulu. Disanalah aku bersama ibu tinggal untuk sementara. Hari itu juga, ku pergi ke rektorat Unib untuk mengurus masalah kuliahku. Aku disarankan dari sekolah untuk membuat surat permohonan untuk penundaan pembayaran yang tersisa, meskipun nanti aku tak tau harus membayarnya dengan apa, sementara uang yang 19 juta itu kami pinjam pula. Yang paling penting sekarang ku harus terdaftar dulu. Hatiku yakin Allah tidak pernah tidur dan slalu memberi yang terbaik untuk hamba Nya.
        Ibu pernah berkata,” aku telah berdoa setiap malam kepada Allah, jika aku sanggup untuk menyekolahkannya sampai tamat, maka luluskanlah dia pada tes itu, dan jika aku tak sanggup maka jangan luluskan di ya Allah…”. Buktinya Allah meluluskan aku di jurusan Pend.Dokter, berarti Allah menyediakan jalan untukku mewujudkan semua itu.
Terimakasih ya Allah…
        Kini aku telah terdaftar sebagai mahasiswa Pend. Dokter, kami semua sangat senang walau perasaan cemas masih saja menghampiri. Sebelum kembali ke kampung, kulihat pengumuman  tentang beasiswa bidimisi. Aku lihat semua persyaratannya, dan Insya Allah aku bisa melengkapi semua itu. Aku berharap sekali semoga aku bisa mendapatkan beasiswa itu, namun ada juga yang mengatakan bahwa khusus untuk kedokteran beasiswa itu tidak ada. Aku tak peduli yang penting aku harus berusaha dulu.
        Untuk mendapatkan beasiswa ini, Allah juga memberi banyak ujian padaku, salah satunya adalah aku pernah ditawarkan untuk pindah jurusan, mungkin maksudnya baik agar aku tidak menyesal jika nanti aku harus berhenti di tengah jalan, dan memang benar untuk kedokteran itu tidak ada. Sampai saat Ospec Universitas aku bertanya kepada Penbantu Rektor Bidang Kemahasiswaan mengenai masalah ini. “ Memang benar, mungkin di mata masyarakat luas kedokteran adalah sekolah untuk anak orang kaya, namun apakah salah jika anak orang yang tak berada juga ingin untuk menggapai mimpinya…” , tanyaku. Alhamdulillah aku bisa dapat beasiswa itu, yang rencanaku akan dikumpul untuk membayar uang semester.
Terimakasih ya Allah…
        Sampai di kampung aku dan ibu terus berusaha untuk mencari bantuan dari pemerintah,orang –orang yang biasanya mengangkat anak asuh maupun yayasan. Aku dan ibu yakin bahwa pasti ada jalan, sampai suatu ketika kami pergi ke rumah seorang bapak yang merupakan ketua yayasan yang bernama Yayasan Haji Rasul. Dari sanalah, akhirnya aku dibantu dengan cara memasukkan permasalahanku ke dalam koran Padang Ekspress.
Terimakasih ya Allah…
        Alhamdulillah, ada orang Padang yang sangat  baik membantuku, sebesar 15 juta namanya Bapak Firdaus. Uang itu kujadikan sebagai untuk membayar hutang, uang yang kupinjam sebelumnya. Semenjak saat itu, banyak orang membantuku, walaupun tidak terlalu banyak, namun bagiku itu nikmat yang luar biasa.
Terimakasih ya Allah…
        Kini, akhir bulan oktober 2011 ku harus melunasi pembayaranku yang tersisa. Aku tidak khawatir…. Kau tau kenapa??? Karena aku punya banyak keluarga disini, ku punya banyak ibu dan bapak, ku punya kakak- kakak dan teman- teman yan slalu mendukungku, menyemangatiku,  dan yang paling penting aku punya Allah.
Cinta Allah adalah kekuatanku, “apabila Allah telah mencintaimu, maka penghuni langit dan bumi akan mencintaimu”.
Jangan kau pernah berfikir bahwa Allah itu tidak adil kepadamu, karena sesungguhnya seindah - indah rencanamu lebih indah rencana Allah.
Jangan kau ragu dalam bermimpi, tulislah semua mimpi – mimpimu dengan pensilmu, dan berikan penghapusnya kepada Allah, biarlah Dia yang menghapusnya dan menggantinya dengan yang jauh lebih baik bagimu.
Terimakasih Amak Jo Apak, kalian adalah motivasi dalam hidupku, kalian alasan mengapaku tetap bertahan di tengah terpaan badai, membuatku jiwaku kuat di dalam malam yang tiada cahaya.
Semoga Allah memberi jalan keluar disetiap permasalahan kita… Amin yaa allah.

4 komentar:

  1. Subhanallah... .
    akhirnya Ihwan bisa menggapai mimpi Ihwan, walaupun dihadang banyak hambatan dan ujian.. .
    sy sudah mencoba masuk kedokteran selama 3 tahun, tapi ternyata Allah masih belum berkenan, sy selalu gagal baik di tes SNMPTN maupun di jalur mandiri..
    Ihwan sungguh beruntung,

    Semoga Ihwan tetap semangat dan suatu saat nanti bisa jadi dokter yang sukses... .

    BalasHapus
  2. bagus banget gan.. lain kali kunjungi juga blog saya
    punyamisbah.blogspot.com masih belajar, hehe..

    BalasHapus
  3. www.cetakbukuimpor.com. Susah cari buku referensi atau jurnal internasional? Kami mencetak kembali textbook terbitan luar negeri dan paper dari jurnal internasional dengan harga murah, berwarna dan/atau hitam-putih dengan gradasi sehingga gambar masih jelas (bukan fotocopy). Textbook yang tersedia hampir semua jurusan dan spesialisasi mulai dari ekonomi, kedokteran, psikologi, teknik sipil, teknik industri, geologi, geofisika dll

    BalasHapus
  4. Maha besar Allah :" saya merasa sangat beruntung bisa baca blog ini. Saya juga salah satu mahasiswa kedokteran universitas bengkulu angkatan 2016. Nikmati Skenario yang telah allah tetapkan :" manisnya hidup terasa setelah berjuang. Keren Kak

    BalasHapus